Filum Annelida
1.
Pengertian
Annelida
berasal dari kata annulus
yang berarti cincin dan oidos
yang berarti bentuk. Dari namanya, Annelida dapat disebut sebagai cacing yang bentuk
tubuhnya bergelang-gelang atau disebut juga cacing gelang.
2.
Habitat
dan Penyebaran
Sebagian besar Annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian
yang parasit (merugikan karena menempel pada inangnya) dengan menempel pada
vertebrata, termasuk manusia. Habitat Annelida umumnya berada di dasar laut dan
perairan tawar, dan juga ada yang sebagian hidup di tanah atau tempat-tempat
lembab. Annelida hidup di berbagai tempat dengan membuat liang sendiri.
Adapun penyebaran terdapat di beberapa daerah, diantaranya
yaitu Indonesia, Finlandia, dan Rusia.
3. Klasifikasi
Phylum Annelida dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
3.1 Kelas Polychaeta
Polychaeta,
dalam bahasa Yunani “poly” berarti
banyak, “chaetae” = rambut kaku,
merupakan Annelida berambut banyak. Anggota kelas polychaeta dikenal dengan
sebutan umum cacing laut, cacing sikat, cacing ruas
1.1.1
Ciri-ciri Morfologi
Seluruh permukaan tubuh polychaeta mengandung rambut-rambut
kaku atau setae yang dilapisi kutikula sehingga licin dan kaku. Panjang
tubuh umumnya kurang dari 10 cm dengan garis tengah 2-10 mm.
Warna tubuhnya banyak yang menarik (merah, merah muda,
hijau ataupun kombinasi warna-warna). Metamerisme pada umumnya sempurna, dengan
tiap segmen silindris identik, kecuali bagian kepala dan ekor. Dibagian anterior terdapat kepala yang sempurna,
disebut prostomium. Pada kepala terdapat mata, antena, sepasang
palpus dan mulut di bagian ventral.
Gambar 1. A. Polychaeta dengan parapodia B. Polychaeta
dengan bagian tubuh.
1.1.1 Ciri-ciri Anatomi dan Fisiologi
Gambar 2. Struktur Anatomi Lubricus
terrestris
3.1.2.1 Sistem Gerak
Setiap
segmen tubuh polychaeta dilengkapi dengan sepasang alat gerak atau alat
berenang yang disebut parapodia. Alat ini pun berperan sebagai alat pernafasan. Setae berupa berkas, biasanya ada dua berkas: notosetae
(di bagian dorsal) dan neurosetae (di bagian ventral); parapodia
menonjol, tipenya bernacam-macam (biramus, uniramus), kadang-kadang tereduksi;
prostomium pada umumnya berkembang baik, mempunyai mata dan tentakel, namun sangat
termodifikasi pada hewan sedentaria. Pergerakan disebabkan oleh perpaduan gerak
antar parapodia, otot dinding tubuh dan cairan rongga tubuh. Gerak undulating mengakibatkan cacing
dapat menjalar dan berenang dengan cepat. Kebanyakan Polychaeta hidup di laut
serta memiliki parapodia dan setae. Setae adalah bulu-bulu yang melekat pada
parapodia, yang membantu polychaeta melekat pada substrat dan juga membantu
mereka bergerak.
3.1.2.2
Sistem Respirasi
Parapodia
adalah kaki seperti dayung (sirip) digunakan untuk berenang sekaligus bertindak
sebagai alat pernafasan. Polychaeta bernafas dengan insang
ketika di perairan, namun pertukaran gas via permukaan tubuh juga terjadi
secara difusi. Beberapa jenis tiap ruas terdapat insang, kecuali ujung
anterior & posterior. Pada Polychaeta
mengalami modifikasi, jumlah & letak insang terbatas pada ruas
tertentu.
3.1.2.3 Sistem Pencernaan
Sistem Pencernaan Polychaeta, terdapat ruas pada anterior yang mengandung
mulut disebut peristomium. ruas terakhir atau pigidium
mengandung anus. Sistem pencernaan terdiri atas beberapa tipe yaitu :
1.) Raptorial feeder: avertebrata kecil ditangkap dengan
pharink/probosis yang dijulurkan, terdapat rahang kitin
2.) Deposit feeder: menelan pasir & lumpur dalam
lorong; bahan organik dicerna & partikel mineral dikeluarkan via anus, atau
melalui tentakel cilia yang berlendir.
3.) Filter feeder: tidak punya probosis tutup kepala
dilengkapi radiola untuk menyaring detritus & plankton.
3.1.2.4
Sistem
Ekskresi
Sistem
ekskresi belum sempurna, dan masih menggunakan organ-organ khusus sebagai alat
ekskresi. Polychaeta tidak mempunyai
pembuluh darah berupa protonefridia solenosit, namun mempunyai pembuluh darah
berupa metanefridia. Alat ekskresi terdiri dari nefrostom yaitu corong
bersilia, nefridial kanal yaitu pembuluh ekskresi, nefridiophor yaitu lubang
ekskresi, bermuara pada neuropodium. Nefridia juga berfungsi sebagai alat
osmoregulasi.
3.1.2.5 Sistem Saraf
Sistem saraf Polychaeta berupa sistem saraf
tangga tali. Alat indera utama
terdiri dari mata, “nuchal organ” dan
statocyst. Mata berkembang baik (errantia), bintik mata/tidak ada
(sedentaria) dan berfungsi sebagai fotoreseptor.
Nuchal organ berfungsi sebagai kemoreseptor untuk mendeteksi
makanan. Sel peraba terdapat diseluruh tubuh, terutama parapodia dan kepala.
3.1.2.6
Sistem
Reproduksi
Sistem reproduksi dari Polychaeta
terdiri dari reproduksi seksual dan reproduksi aseksual.
1.) Reproduksi
Seksual Polychaeta
yaitu secara diocious dan monocious. Seksual via fertilisasi eksterna (ovum dan
sperma di lepas di air). Feritilisasi dari zigot → trokofor → juvenile.
Pembuahannya dilakukan di luar tubuh. Telur yang telah dibuahi tumbuh menjadi larva yang disebut trakofora, yang
kemudian menjadi juvenile.
2.)
Reproduksi Aseksual Polychaeta biasanya
dengan cara membelah diri. Pada
Cirratulidae, Sabellidae, Spionidae & Syllidae
(Tunas/Budding) dari parapodia. bagian tubuh menjadi dua bagian. Dalam reproduksi aseksual Polychaeta dikenal
Epitoksi yaitu pembentukan
individu reproduktif yang merupakan fenomena reproduksi khas polychaeta, hewan
tampak jadi dua bagian.
3.1.2.7 Habitat
Habitatnya
di lautan, Polychaeta hidup dalam pasir atau menggali batu-batuan di daerah
pasang surut air laut ataupun membentuk tabung. Cara hidupnya yang bersembunyi
menyebabkan mereka luput dari pengamatan biasa.
Polychaeta
dibagi dalam dua Ordo : Erratia
dan Sedentaria. Penggolongan itu di dasarkan perkembangan
anterior dan cara hidup hewan dari masing-masing kelompok.
Ordo Sedentaria, segmen
tubuh & parapodium tidak sama; faring tidak punya rahang, bersembunyi dalam
lumpur / hidup dalam tabung di lumpur; parapodia dan organ saraf mereduksi; bentuk
kepala mengalami berbagai modifikasi sesuai fungsinya sebagai ciliary feeder.
Famili 1 Sabella (cacing
kipas), struktur dikepala seperti bulu yang disebut radiola.
Famili 2 Chaetopterus, hidup dalam tabung berbentuk huruf U;
notopodium mengsekresi kantong lendir yang menjaring makanan dari air. Kantong
secara periodik akan masuk ke dalam mulut ventral suckers.
Famili 3 Arenicola, hidup dalam tabung berbentuk huruf
J.
Ordo Errantia, segmen tubuh sama dari kepala
hingga ekor; parapodia sama dari depan hingga belakang; pelagis; merayap;
lubang organ indera berkembang baik.
Famili 1 Tomopteris, berenang
bebas dan bioluminescen.
Contoh polychaeta yang terkenal:
1) Sabellastarte indica
(cacing kipas)
2) Marphysa sanguinea
3) Eunice viridis (cacing
wawo)
4) Lysidice oele (cacing
palolo)
5) Nereis virens (kelabang
laut)
Cacing kerang, seperti Nereis adalah pemangsa
yang aktif. Banyak yang memiliki kepala yang berkembang baik, dengan rahang
bagus, mata dan organ peraba lainnya.
Gambar
3. Nereis virens
3.1
Kelas
Oligochaeta
Oligochaeta (dalam bahasa Yunani,
oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut
sedikit.
3.2.1
Ciri-ciri Morfologi
Cacing ini memiliki sedikit setae pada tubuhnya, segmen pada tubuhnya mencapai 200 segmen, panjang
tubuh mulai 1cm- 3 m, kulit dilapisi kutikula. Setae tidak membentuk berkas, tunggal dan membentuk rangkaian
tertentu, tidak memiliki parapodia, jarang mempunyai insang (kecuali yang
akuatik), prostomium kecil, berbentuk
kerucut, tanpa mata atupun tentakel, organ reproduksi hermafrodit (pembuahan
silang), susunan gonad dan saluran-saluran reproduksi khas, metamerisme terbatas, sejumlah segmen membentuk clitellum untuk
menyekresikan cocoon.
3.2.2 Ciri-ciri Anatomi dan
Fisiologi
3.2.2.1
Sistem Respirasi
Kelas
Oligochaeta tidak memiliki parapodia seperti pada kelas polychaeta,
pernapasannya dilakukan melalui seluruh permukaan tubuhnya. Itu sebabnya
mengapa tubuh kelompok cacing ini berlendir. Tubuh cacing tanah tertutup oleh
selaput bening dan tipis yang disebut kutikula. Kutikula ini selalu lembap dan
basah. Melalui selaput inilah cacing bernapas. Kutikula menyebabkan udara di
dalam tanah dapat masuk ke pembuluh darah cacing. Setelah masuk ke pembuluh
darah, udara tersebut diedarkan ke seluruh tubuh. Tetapi ada juga Oligochaeta yang bernafas dengan
menggunakan insang, yakni kelas Oligochaeta
yang hidup akuatik.
3.2.2.2 Sistem Pencernaan
Kelas Oligochaeta memiliki sistem pencernaan
yang lengkap mulai dari rongga mulut
terletak pada ruas 1 sampai dengan 3, pharinx
terletak pada ruas ke 4 sampai dengan 6, oesophagus
pada ruas ke 6 sampai dengan 14, crop
(proventriculus) terdapat pada ruas 15 sampai dengan 16, Gizzard (ventriculus) berdinding tebal
terletak pada ruas 17 sampai dengan 18, intestinum
terletak pada ruas-ruas 19 dan berakhir pada anusyang terdapat disegmen
terakhir. Makanannya adalah sisa dedaunan. yang dikeluarkan oleh getah
pencernaan secara ekstrasel. Cacing tanah dapat mencerna senyawa organik
tersebut menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa
pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.
3.2.2.3 Sistem Ekskresi
Anelida
dan moluska mempunyai organ nefridium yang disebut metanefridium. Pada
cacing tanah yang merupakan anggota annelida, setiap segmen dalam tubuhnya
mengandung sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan
terakhir. Nephridia menempati dua ruas berbatasan, saluran nephridium yang
bersilia yang disebut nephrostome pada ruas sebelah muka, sedang saluran
lain-lainnya berbelit-belit pada ruas yang belakang. Silia pada nephrostome
menggiring cairan didalam coelom dan masuk ke saluran yang yang membelit yang
selanjutnya akan dibuang di muara pada permukaan tubuh.
3.2.2.4 Sistem
saraf
Sistem
saraf Oligochaeta terdiri dari ‘otak’
(ganglion cerebral), dua lobus di atas faring, dua saraf penghubung disekitar
faring menuju ke ganglia sub paringeal,
tali saraf ventral (sepanjang dasar selom ke arah somit anal) yang beberapa saraf menuju ke prostomium &
daerah mulut, dan tali saraf ventral dalam tiap somit mempunyai ganglion membesar
dan memberikan 3 pasang saraf lateral, serta tiap saraf lateral
membentang setengah somit terdiri dari serabut sensoris dan motoris. Sel perasa
dilengkapi dengan dengan rambut saraf yang menerobos kutikula sehingga bisa
mencapai dunia luar. Alat perasa itu peka terhadap sinar dan rangsangan lain.
3.2.2.5 Sistem
Reproduksi
Cacing
tanah bersifat hermafrodit, tetapi tidak melakukan pembuahan sendiri. Hal itu
karena, matangnya sel kelamin betina tidak sama waktunya dengan matangnya sel
kelamin jantan. Organ reproduksi betina terdapat di segmen ke 9 sampai ke 14
dan organ reproduksi jantan terdapat di segmen ke 10 sampai ke 15. Di segmen ke
32 sampai ke 37 terdapat klitelum,
yaitu penebalan epidermis sebagai penghasil lendir. Sewaktu sepasang cacing
berkopulasi maka akan keluar lendir yang akan membungkus kedua cacing dan
menjaga sperma dari kekeringan. Selubung (coccon) lendir tadi akan maju mundur di sepanjang kedua tubuh
cacing. Setelah itu, sel telur dari masing-masing cacing keluar dan memasuki coccon. Jika melewati lubang kelamin
jantan, telur-telur yang ada di dalam coccon
akan dibuahi oleh sperma dari cacing yang berlainan. Setelah selesai
pembuahan, coccon akan lepas ke
arah depan. Sekarang di dalam coccon
terdapat telur-telur yang akan dibuahi dan kemudian tekur-telur tersebut akan
menetas menjadi cacing.
3.2.2.6 Habitat
Sebagian besar cacing tanah hidup
di tanah, tetapi beberapa lebih memilih lumpur di sepanjang tepi badan segar
atau asin air. Tergantung pada spesies,
cacing tanah banyak hidup di lapisan serasah daun atas, humus, atau di lapisan
dalam tanah. Lainnya tinggal di tanah yang menumpuk antara cabang-cabang pohon
kanopi di hutan hujan tropis.
Ordo 1. Lumbriculida, gonopore jantan dan testis terletak pada ruas yang sama. Contoh famili Lumbriculus
Gambar 4. Lumbricus terrestris
Ordo 2. Moniligastrida,
gonopore jantan terletak di belakang
ruas yang mengandung testis. Contoh famili Moniligaster
Ordo 3. Haplotaxida, gonopore jantan sedikit satu ruas di belakang ruas yang
mengandung testis. Contoh
famili Limnodrillus, Chaetogaster.
3.2
Kelas
Hirudinea
Hirudinea parasit hidup dengan mengisap
darah inangnya, sedangkan Hirudinea
bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet)
dan Hirudo (lintah). Saat merobek atau membuat lubang, lintah
mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan
menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti
pembekuan darah yaitu hirudin.
3.3.1
Ciri-ciri Morfologi
Tubuh
dilindungi oleh lapisan kutikula, tubuh relatif pipih, tubuh terdiri dari 34
segmen, tidak mempunyai parapodia dan setae, mempunyai alat penghisap (sucker)
di bagian anterior maupun posterior. Sekalipun dikenal dengan nama umum lintah
pengisap darah, bagian terbesar di antaranya tidak hidup sebagai ektoparasit.
Tubuhnya pipih. Ukuran panjangnya dari 1-2cm atau 5cm, walau ada yang mencapai
12cm, bahkan 30cm (Haemanteria ghiliani dari daerah Amazon). Metamerisme
sudah sangat tereduksi: segmen-segmen ujung anterior (biasanya kecil) dan
posterior (lebih besar) termodifikasi manjadi alat penghisap yang digunakan
untuk menempel dan bergerak. Jumlah segmen tetap, yaitu 34, walau lapisan
cincin sekunder di luarnya (annuli) menyamarkan segmentasi primer tersebut.
Clitellum dibentuk segmen-segmen 9, 10 atau11.
3.3.2
Ciri-ciri Anatomi dan Fisiologi
3.3.2.1
Sistem Gerak
Sistem
Gerak Hirudinae, jika didarat bergerak
dengan cara melekukkan badan, serta melekat dengan sucker namun jika diair berenang dengan cara menggelombangkan
badan.
3.3.2.2
Sistem Respirasi
Sistem respirasi Hirudinae,
jika didarat menggunakan anyaman kapiler di bawah epidermis yang terdapat pada
kulit, namun jika diair Hirudinae dengan
menggunakan insang, contoh Piscicolidae.
3.3.2.3 Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan
terdiri dari mulut, faring, tembolok, lambung, rektum, anus. Anus terletak pada
bagian dorsal. Proses pencernaan penghisap
anterior terdapat mulut menuju faring kemudian tembolok dlanjutkan keusus keluar pada anus dan kembali ke penghisap
posterior.
Pada
faring, otot yang dilengkapi rahang bergigi atau probocis berotot. Di
kerongkongan tempat isapannya terdapat tiga rahang yang berbentuk seperti
setengah gergaji yang dihiasi sampai 100 gigi kecil. Dalam waktu 30 menit
lintah bisa menyedot darah sebanyak 15 ml – kuota yang cukup untuk hidupnya
selama setengah tahun. Air ludahnya pun mengandung zat aktif yang
sekurang-kurangnya berisi 15 unsur. Contohnya, zat putih telur hirudin yang
bermanfaat untuk mengencerkan darah, dan mengandung penisilin.
Lintah
hidup sebagai pemakan bangkai/predator, parasit. Predator makan larva, keong, serangga,
cacing. 75% penghisap darah, melekat/nempel pada permukaan tubuh vertebrata
(ikan-manusia). Darah dihisap oleh faring otot & menampung dalam
tembolok. Enzim saliva (hirudin) mencegah koagulasi darah. Dalam 1 kali
makan, lintah mengisap darah 10 kali berat tubuhnya.
3.3.2.4 Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi Hirudinae terdapat organ
khusus yaitu nephridia yang di bagian tubuhn terdapat 10-17 pasang nephridia.
Sistem ekskresi sama dengan Annelida pada
umumnya, dan zat yang diekskresikan berupa ammonia.
3.3.2.5 Sistem Saraf
Sistem
saraf Hirudinae terdiri atas ruas 5 dan 6 terdapat lingkar saraf
ganglia “otak”. Alat indera berupa mata yang berfungsi sebagai fotoreseptor dan
papilla serta sensila yang berupa tonjolan kecil pada epidermis yang berfungsi
sebagai alat peraba dan perasa.
3.3.2.6 Sistem Reproduksi
Sistem
reproduksi Hirudinae berjenis monocious. Alat kelamin jantan
terdiri atas 4-12 pasang testis dan 1 pasang ductus spermaticus. Alat kelamin
betina yang terdiri atas 2 ovarium dan oviduct yang berhubungan dengan kelenjar
albumin dan vagina di median yang bermuara di belakang porus genitalia jantan.
Dalam fertilisasi tidak ada tingkat larva. Lintah membentuk kokon yang
mengandung telur yang telah dibuahi dan kokon akan diletakkan dalam air atau tanah.
3.3.2.7 Habitat
Hirudinae berhabitat air tawar, hidup di rawa-rawa, kolam, ataupun
sungai. Hirudinea adalah hewan
ektoparasit pada permukaan tubuh inang.
Kelas Hirudinae, terbagi atas beberapa ordo
yaitu sebagai beikut :
Ordo 1. Acanthobdellia, mempunyai setae; hanya satu marga yang
ada, ditemukan di Finlandia dan Rusia, tidak punya alat isap pada anterior, pada segmen 2-4 terdapat dua pasang setae
tiap ruas. Contoh famili Acanthobdella
Ordo 2. Gnathobdellia, punya alat isap anterior dan
posterior; lintah bergigi tiga buah (walau kadang-kadang tereduksi); mulut
lebar, hampir menyatu denga bibir batil isap oral; biasanya barmata 5 pasang; punya
3 buah rahang, pharink tidak dapat dijulurkan. Contoh famili Haemadipsa, dan contoh spesies Hirudo medicinalis.
Gambar 5.
Hirudo medicinalis
Ordo 3. Rhynchobdellida,
lintah degan probocis yang
eversible; mulut kecil, di tengah batil isap oral; kelompok glossiphoniid hidup
di air tawar, kelompok piscicolid hidup sebagai parasit ikan.
Famili Galssiphonia, mempunyai anterior sucker atau tidak;
tidak punya rahang, tapi punya belalai. Contoh: Piscicola, Helobdella.
Ordo 4. Pharyngobdellida, mirip dengan Gnathobbdellida, tetapi faring tidak bergigi; bermata 6-8 pasang;
kebanyakan berhabitat air tawar, pemakan larva insecta dan moluska.
Famili Erphobdella, pharinks tidak dapat dijulurkan, tidak
mempunyai gigi, tapi punya 1-2 stylet.
Daftar
Pustaka
Gandahusada,
Srisasi.dkk. 1998. Parasitologi
Kedokteran Fakultas Kedokteran. Jakarta : Universitas Indonesia.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya : Sinar
Wijaya
Kastawi, Yusuf, dkk. 2005. Zoologi Avertebrata. Malang : FMIPA
Universitas Negeri Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar